Kamis, 04 Juni 2015

"Bu, Calon Istriku belum Bisa Masak, Jadi gimana Bu??"

Di Subuh yang dingin sampai menusuk tulang itu...ku dapati Ibu sudah sibuk memasak di dapur.

"Ibu masak apa? Bisa ku bantu?"

"Ini masak ayam goreng pedes, sambel terasi, sayur asem kesukaan Bapak" sahutnya.

"Alhamdulillah.. mantab pasti..  Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh..."

"Iya terus kenapa..?" Sahut Ibu.

"Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa,  hehehe"

"Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?"

Aku menatap Ibu dengan tak paham. 

Lalu beliau melanjutkan, "Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban Lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri." katanya sambil menyentil hidungku.

"Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?" 

Aku masih tak paham juga.

"Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami." kata Ibu. 

"Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya"

Saya makin bingung Bu. 

"Baik, anandaku saying. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah." 

Beliau berbalik menatap mataku.
"Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?" tanya Ibu.

"Iya tentu saja Bu.."

"Pakaian yang bersih adalah nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami. Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa di makan. Sehingga memasak adalah kewajiban Suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami. Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban Suami." 
 
Laki-laki juga harus bisa masak dooongggg kakaqqqzzz.... :D


Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku yang cerdas dan kebanggaanku ini.

"Waaaaah.. sampai segitunya bu..? Lalu jika itu semua kewajiban Suami. Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?"

"Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya. Jika Ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu."

Aku hanya diam terpesona.

"Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam  menumbuk tepung? Tapi Nabi tidak memberinya. Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri."
Begini cerita tentang Fatimah:

Pada suatu ketika, Fatimah berkata, "Demi Allah, aku telah menumbuk gandum sampai tanganku lecet". 
Maka Ali ra. Menganjurkan kepada istrinya, agar menemui Rasulullah SAW. Untuk meminta tawanan-tawanan perang sebagai pembantu di rumahnya. Fatimah pun segera menemui Rasulullah SAW. Sesampainya di sana, banyak sahabat sedang berkumpul di sisi Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW. Bertanya , "Ada apa, wahai putriku?"  Fatimah menjawab,"Aku datang untuk mengucapkan salam untukmu". Fatimah terlalu segan untuk mengutarakan maksudnya, sehingga ia kembali pulang tanpa tertunaikan maksud kedatangannya. Sesampainya di rumah Ali bertanya, "Bagaimana hasilnya? ", Fatimah menjawab, "Aku terlalu malu untuk meminta kepada beliau". Kemudian mereka berdua datang menghadap Rasulullah SAW.  Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Fatimah telah menimba air sampai dadanya luka. Ia telah meninju (gandum) sampai tangannya lecet. Dan Allah telah memberimu rampasan dan kekayaan, berilah kami seorangpelayan".
Namun Rasulullah SAW. menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan memberimu pelayan, dan membiarkan ahli Shuffah menahan perutnya karena kelaparan. Aku tidak memiliki sesuatu untuk mereka, jadi aku akan menjual barang rampasan itu dan memberikannya kepada mereka. Maukah kalian kuceritakan sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta tadi? ”Mereka menjawab, "Ya, tentu saja". Beliau berkata,"Yaitu beberapa kalimat yang diajarkan Jibril kepadaku. Ketika kalian beristirahat di tempat tidur ucapkanlah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali". Dan nasehat itu telah menjadi amalan rutin keluarga Fatimah. Ali ra. berkata,"Demi Allah, aku tidak pernah mengabaikan bacaan itu sejak Rasulullah SAW. mengajarkannya kepada kami".
  
"Iya Buu,Aku mulai paham, "
"Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap Lelaki berterimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri." 

Ibuku tersenyum.

"Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?"

"Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak. Istri menuntut Suami, atau sebaliknya. Tapi banyak hal lain. Menurunkan ego. Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah. Kerja sama. Kasih sayang. Cinta. Dan Persahabatan. Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Yang Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya. Yang Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai Surga"

"MasyaAllah.... eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa-ngapain, gimana Bu?"

Calon istriii nya siapa nehh?? baru bisa bikin kueeee.... hehehehe *abaikan foto di era blum pke krudung :D

"Wanita beragama yang baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya. Sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang Lelaki beragama yang baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu. Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya."



Semoga tulisan ini bermanfaat buat semuanya, dikutip dari tetangga sebelah, saling berbagi ilmu, saling memberikan informasi... Subhanallah yah Islam itu Indah,  ^_^